Menu

Tuesday, August 25, 2015

Kisah Tsauban, Sang Pecinta Para Nabi


Dalam sejarah Tsauban adalah lelaki yang dikenal sebagai pembantu Rasulullah ﷺ. Dia tidak termasuk dalam tokoh-tokoh fathu mekkah yang diabadikan dalam sejarah. Juga tidak termasuk dalam barisan orang mukmin yang disiksa dijalan Allah SWT, seperti Ammar, Bilal. Dia bukan dari  golongang para penyair dimasa Rasulullah ﷺ seperti Hasan bin Tsabit.

Dia seorang pembantu terpercaya. Rendah hati dihadapan banyak orang  yang hidup dijaman Nabi ﷺ dimana mereka memiliki kehormatan dan nama baik, mereka memiliki banyak kedudukan dan potensi besar dalam menggelar hukum islam, menyebarkan dan menjelaskannya.

Sementara Tsauban hanyalah seorang   pembantu biasa, yang melaksanakan tugas dari Rasulullah ﷺ, tetapi meski demikian didalam diri Tsauban terdapat sifat khusus dan terpuji, yang mengabadikan dirinya dalam sejarah, menjadi di antara yang termasuk dibicarakan dalam ayat Al quran dan melalui mereka, kamu muslimin beroleh pelajaran yang berharga.

Tsauban lah yang merasakan bahwa cinta kepada Rasulullah ﷺ memiliki simpanan besar yang melebihi harta kekayaan harta, emas dan perak, yaitu kekayaan cinta kepada Rasulullah ﷺ

Mengapa Tsauban mencintai Rasulullah ﷺ? Mengapa cinta ini lahir? Dia mencintai Rasulullah ﷺ karena Rasulullah ﷺ memberinya hidayah kepada iman dan mengeluarkannya dari kegelapan jahiliah kepada cahaya islam
Dengan dakwah Rasulullah ﷺ dia menjadi seorang mulia disisi Allah SWT, melalui Rasulullah ﷺ dia dapat mewujudkan insaniahnya. Mencapai ketinggian amal dan pikiran. Menemukan eksistensinya dan manusia yang dicintai Allah SWT.

Karena Rasulullah ﷺ Tsauban berjalan diatas bumi dengan lurus dan prilaku, pikiran dan langkahnya. Tsauban mencintai Rasulullah ﷺ dan menaati perintah-perintah Allah SWT. Melaksanakan sholat, puasa, haji dan semua kewajiban sesuai kemampuan. Dia ikuti dan laksanakan perintah-perintah Rasulullah ﷺ. Sebagaimana halnya orang-orang awam lainnya di jaman kita. Tetapi, Tsauban yang hidup bersama Rasulullah ﷺ kini mengenal kedudukan yang tinggi bersama para Nabi. Bersama Ibrahim, Musa, dan Isa. Bersama golonngan ini dan para duta Rasulullah ﷺ di akhirat. Rasulullah ﷺ akan berada di syurga tertinggi bersama Ulul Azmi. Berada di derajat tertinggi dan jauh diatas maqam Tsauban. Antara dia sang pembantu dan Rasulullah ﷺ yang agung.

Tsauban memikirkan dirinya yang terpisah dengan Rasulullah ﷺ, bagaimana jika dia terhijab dalam melihat Rasulullah ﷺ, dapatkah dia bersabar tidak melihat Rasulullah ﷺ?, kuatkan dia berpisah dengan orang yang dicintainya, yang menguasai diri dan seluruh kehidupannya.

Tsauban berpikir lama sampai lelah, Rasanya terampas sudah kehidupan indahnya. Segenap dunianya berubah menjadi sebutir pasir. Dunia gelap dimatanya. Tenggelam tak sadarkan diri dalam membayangkan bahwa dia akan terhalang untuk melihat sang kekasih, Rasulullah ﷺ, dia adalah seorang pelayan yang sangat mencintai Rasulullah ﷺ, manusia teragung disisi Allah SWT

Pada suatu hari, Tsauban datang dengan kondisi yang tak sempat diketahui Rasulullah ﷺ, tidak seperti biasanya. Dia telah berubah, badannya mengurus. Orang yang melihat kondisinya akan mengatakan dia sakit dan perlu pertolongan dokter. Orang yang melihatnya akan langsung bertanya, Apakah engkau baik-baik saja? Apa yang menyebabkan engkau sakit?. Dalam kondisi seperti itu, Rasulullah ﷺ melihat wajah yang mengundang belas kasih beliau terhadapnya. Maka Rasulullah ﷺ langsung bertanya, “Hai Tsauban, pucat sekali engkau!”
Tsauban menjawab diluar keadaan yang sebenarnya. Mestinya dia menjawab,”Aku jatuh sakit.” Tetapi jawabannya sangat sederhana dan tanpa bermaksud dusta, dia berkata, “Wahai Rasulullah ﷺ aku tidak sakit.”
Badanku sehat wal afiat. Penyakit belum menggerogoti tubuhnya. Tetapi, “jika aku tidak melihat Engkau, aku merindukan Engkau sampai aku bertemu denganmu. Lalu, terlintas alam akhirat dalam pikiranku, aku tidak dapat melihat engkau disana ya Rasulullah ﷺ. Karena aku tahu engkau berada dimaqam tertinggi bersama para nabi. Jika aku masuk surga, tentu aku berada dimaqam lebih rendah darimu. Apalagi jika aku tidak masuk surga, tentu aku tidak akan bertemu denganmu selamanya ya Rasulullah ﷺ
Cita-cita Tsauban adalah selalu berada disisi Rasulullah ﷺ, sang kekasih. Menyimak sabdanya, senang dengan kehadirannya. Menimba ilmu darinya, menyejukkan mata dengan memandang sang wajah yang diberkahi. Bersama Beliau merasakan naungan dan kasih sayangnya.
Allah SWT mengetahui kesungguhan Tsauban dalam cita-citanya. Maka, Allah SWT menganugerahi keutamaan dan kemuliaan dengan menempatkan dia bersama para Nabi, Syuhada, orang-orang jujur dan sholeh. Untuk menghibur hatinya,
Allah SWT berfirman :
“Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah SWT, yaitu pada Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang sholeh. Dan mereka itulah teman sebaik-baiknya. “
Dengan demikian Tsauban masuk kejantung sejarah. Dia memberikan kepada kita pelajaran yang tinggi. Mengajarkan kepada kita bagaimana bersama para Nabi. Bersama Rasulullah ﷺ, berkumpul bersama beliau, maka kita harus menaati Allah SWT dan Rasul-Nya. Kita taati semua perintah dan menjauhi semua larangan-Nya. Tsauban mencintai Rasulullah ﷺ maka dia menaati perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Ungkapan taat dalam ayat tersebut adalah konsekuensi cinta yang menjadi sebab turunnya ayat. Karena siapa saja yang mencintai, maka berarti dia menaati, “Sesungguhnya pecinta itu menaati orang yang dicintanya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Demi dzat yang diriku ditangan-Nya, tidak beriman seorang hamba sampai aku menjadi orang yang paling dicintainya, lebih dari diri, keluarga dan anaknya, serta seluruh manusia”
Rasulullah ﷺ benar!, Dengan beliau kita mendapati kehidupan yang hakiki, hidayah, keselamatan dan kesuksesan kita dengan syurga. Semoga Allah SWT menjadikan kita termasuk pecinta Rasulullah ﷺ, menaati beliau dan melangkah diatas jalannya. 

Buku Asli: Ayatun Wa qishshah (Kisah-kisah Rasulullah ﷺ)
Karya : Abbas Alwi al-Musawi

No comments:

Post a Comment