Menu

Tuesday, February 18, 2014

Nikmat Dzikir


Mengapa Kita Belum Bisa merasakan Nikmat dalam Berdzikir????...

Hal itu disebabkan karena hatinya masih kotor, ia belum mengikis akhlaknya yang tercela, dan belum menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia.  Pada saat berdzikir hatinya dipenuhi dengan bisikan-bisikan (khowathir) dan was-was.  Ia tidak berusaha menyingkirkan semua ikatan lahiriah yang menghalanginya untuk berdzikir dengan sepenuh hati kepada Allah SWT.  Ia tidak ber-suluk[1] di bawah bimbingan seorang guru atau syeikh[2] yang memiliki ma’rifat[3], yang ahli dalam ilmu lahir dan batin.  Juga bisa karena sebab-sebab lain.

            Siapa yang tidak mampu mengatasi kekurangan-kekurangan tadi, maka hendaknya ia menyibukkan lisannya dengan dzikrullah dengan hati yang dipaksakan hadir[4] sambil menunggu dan mengharap karunia Allah.  Tidaklah mustahil Allah akan memberinya jalan keluar yang tidak pernah ia perhitungkan sebelumnya.  Dan janganlah merasa heran jika ia tidak berhasil mengecap kenikmatan dzikir sebagaimana yang dirasakan oleh para ahli tarekat, apabila ia belum memenuhi persyaratan di atas.

(‘Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad, Nafaisul ‘Uluwiyyah fil Masailis Shufiyyah, cet. I, Darul Hawi, 1993/1414H, hal.54)


[1] Sulûk: jalan kearah kesempurnaan batin. Ilmu sulûk juga disebut ilmu tasawuf.  Sâlik adalah orang yang menempuh jalan menuju Allâh.

فَاسْلُكِيْ سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلاً

Maka ber-sulûk-lah di atas jalan-jalan Tuhanmu dengan patuh.

(An-Nahl, 16:69)

[2] Syeikh: menurut ilmu bahasa berarti orang yang telah lanjut usia.  Kemudian digunakan untuk menyebut seorang guru, pembimbing, mursyid atau pemimpin suatu kelompok.

[3] Ma’rifat: pengetahuan yang sempurna, pengetahuan Ilâhiyyah, pengetahuan yang hakiki, pengetahuan yang berasal dari Allâh.
[4] Lihat Lampiran C.
Sumber :

http://kyaijawab.com/post/158/Nikmat+Dzikir

No comments:

Post a Comment